Meski usianya masih begitu belia, Hashirama kecil sudah bisa berpikir
mengenai merubah dunia tempatnya berada, dunia Shinobi yang menurutnya
keliru. Selain Hashirama, ternyata ada lagi bocah lain yang berpikir
tentang merubah dunia. Bocah itu tak lain adalah Madara. Tapi daripada
terkejut atau semacamnya, Hashirama malah berpikir kalau Madara adalah
teman yang hebat.
"Yah, aku bisa mengerti dirimu bahkan tanpa melihat bagian dalam
dirimu." ucap Madara. "Maksudmu?" Hashirama tak mengerti, dan kemudian
Madara berkata, "Lihat saja pakaian dan gaya rambutmu, kau payah."
Yah, mereka memang tidak memiliki pikiran yang sama dalam segala hal.
Setelah kejadian itu, mereka terus mengadakan pertemuan-pertemuan, dan
tetap tanpa mengungkap nama lengkap mereka.
Pada pertemuan itu, mereka saling bertarung, saling menunjukkan teknik
shinobi mereka masing-masing, berlatih untuk menjadi lebih kuat
sekaligus bersaing. Madara kecil memukul Hashirama, begitu juga
sebaliknya. Mereka saling pukul dan terjatuh.
"Taijutsu dan kumitemu bagus juga. Kau bahkan bisa seri melawanku." ucap Madara. Tapi, Hashirama tak setuju, "Seri apanya? Aku masih berdiri." ucap anak itu. Dan memang benar, Hashirama masih berdiri setelah menerima pukulan tadi. Tapi kemudian, batu kecil mengenai kepalanya dan ia terjatuh. "Apa katamu barusan?" sindir Madara kecil.
Lelah bertarung, merekapun beristirahat, duduk sambil membicarakan masa
depan. "Masalahnya, bagaimana bisa kita mengubah sesuatu? Aku bahkan tak
bisa membayangkan pemandangan masa depan yang bagus itu." ucap
Hashirama. "Pertama-tama. kau harus berpegang teguh pada idialismemu dan
menjadi lebih kuat." ucap Madara, "Kalau kau lemah, tak akan ada yang
mau mendengarmu." lanjutnya.
"Benar juga. Kalau kita bisa menguasai banyak jutsu dan menjadi lebih
kuat, orang dewasa pasti tak akan menghiraukan kita lagi." ucap
Hashirama. "Kau harus melampaui kelemahan dan jutsu yang tak kau
kuasai." ucap Madara, "Yah, aku sendiri sudah lebih kuat dari pada
rata-rata orang dewasamu tentang itu." lanjutnya.
Madara kemudian turun ke sungai, dan buang air kecil. Mula-mula, air
yang keluar cukup lancar. Namun mendadak, ia gemetar dan airnya tak mau
mengalir. "Jadi benar ya kau tak bisa ..."
"Sudah kubilang kan jangan berdiri di belakangku!!!!" bentak Madara.
"Aha, aku menemukan kelemahanmu." ucap Hashirama. "Akan kulempar kau ke
tempat aku pipis!!" bentak Madara. Semakin sering mereka bertemu, mereka
menjadi semakin dekat dan akrab.
Suatu ketika, Hashirama kecil datang dengan suatu berita, "Madara, aku
punya jutsu baru yang luar biasa!! Ayo kita kuasai bersama-sama!!" ucap
Hashirama. "Heh? Jutsu macam apa?" tanya Madara. Kemudian Hashirama
menjelaskan, "Sebuah Taijutsu rahasia, teknik elemen api super genjutsu
pemotong kunai besar tetes ganda."
"Uhm ... aku tidak mengerti." ucap Madara.
"Hmm, gimana ya cara menjelaskannya, oh ya, itu ..."
"Cukup!!" bentak Madara, "Hari ini kita akan bersaing lomba balap panjat
tebing." ucapnya. Hashirama mendadak depresi. "Hei hei, jangan selalu
depresi seperti itu, itu kelemahanmu." ucap Madara. Namun tiba-tiba,
Hashirama bangun dan berlari naik bukit. "Ahaha, aku pertama!!" teriak
Hashirama.
"Hei, curang!! Kau menipuku!!" teriak Madara dan kemudian mengejarnya.
Pada akhirnya, Hashirama sampai di puncak terlebih dahulu. "Aku
menang!!" ucapnya. "Tentu saja, kau mulai lebih dulu." ucap Madara.
Di atas bukit itu, mereka duduk, sambil melihat pemandangan hutan.
"Kau bisa melihat pemandangan seluruh hutan dari sini." ucap Hashirama.
"Yah, kau bisa melihat kejauhan dari sini. Tapi, aku yakin kalau masalah
melihat, kau pasti tak akan bisa mengalahkanku. Mau bersaing?" tantang
Madara. "Eh? Kenapa tiba-tiba? Kelihatannya kau begitu bangga pada
matamu?"
"Tentu saja! Aku memiliki sha ..." Mendadak Madara diam. "Ada apa?"
tanya Hashirama. "Tidak. Pada akhirnya, aku tidak sehebat itu." ucap
Madara. "Eh? Aneh sekali kau berbicara seperti itu." ucap Hashirama.
Kemudian Madara kembali berkata, "Kalau saja aku hebat, pastinya
saudaraku tidak akan mati. Aku bahkan tak mampu melindungi mereka ..."
Hashirama teringat akan Itama, dan kemudian mengerti bagaimana perasaan
Madara. Hashirama lalu bertanya, "Apa kau masih punya saudara tersisa?"
Madara menjawab, "Ya, aku masih memiliki seorang adik. Dan aku akan
melindunginya apapun yang terjadi."
"Ya!!" Hashirama mendapat suatu ide, "Ayo kita buat perkampungan kita di
sini! Ayo kita buat tempat dimana anak-anak tak akan perlu saling
membunuh!! Lalu kita membangun sekolah dimana mereka akan diajari untuk
menjadi lebih kuat!! Kemudian misi akan diberikan berdasarkan kemampuan.
Para senior melakukan misi berbahaya, sementara anak-anak tak akan
dikirim ke misi yang membahayakan nyawa mereka!!"
"Haha, kau satu-satunya yang punya ide bodoh seperti itu." ucap Madara.
"Lalu, apa idemu?" tanya Hashirama. "Yah, itu, setelah kita membangun
perkampungan itu, aku akan mengawasi adikku dari sini." jawab Madara.
Kemudian, mereka saling tersenyum.
"Ya!!" Hashirama mendapat suatu ide, "Ayo kita buat perkampungan kita di
sini! Ayo kita buat tempat dimana anak-anak tak akan perlu saling
membunuh!! Lalu kita membangun sekolah dimana mereka akan diajari untuk
menjadi lebih kuat!! Kemudian misi akan diberikan berdasarkan kemampuan.
Para senior melakukan misi berbahaya, sementara anak-anak tak akan
dikirim ke misi yang membahayakan nyawa mereka!!"
Setelahnya tempat itu menjadi desa Konoha. Waktu itu, Hashirama membuat
keputusannya. Ia memilih untuk menentang segala peraturan yang
menurutnya salah pada saat itu, untuk membuat idealismenya menjadi
kenyataan.
Madara dan Hashirama berada di dua sisi sungai yang saling berlawanan, dan melempar batu pada masing-masing sebelum berpiah. "Kita berdua sama-sama bisa ampai di sisi lain." ucap Hashirama. "Batu itu batu yang bagus untuk dilempar, kau bisa terus memilikinya sampai pertemuan kita selanjutnya." ucap Madara, dan kemudian mereka benar-benar berpisah, kembali ke perkampungan klan masing-masing.
Madara dan Hashirama berada di dua sisi sungai yang saling berlawanan, dan melempar batu pada masing-masing sebelum berpiah. "Kita berdua sama-sama bisa ampai di sisi lain." ucap Hashirama. "Batu itu batu yang bagus untuk dilempar, kau bisa terus memilikinya sampai pertemuan kita selanjutnya." ucap Madara, dan kemudian mereka benar-benar berpisah, kembali ke perkampungan klan masing-masing.
Baru saja Hashirama sampai, adiknya, Tobirama sudah langsung
memanggilnya. "Kakak, aku ingin bicara denganmu." Tobirama mengajak
kakaknya untuk bertemu dengan ayah mereka dan bicara.
"Belakangan ini, kau sering menemui seorang bocah, kan." ayah Hashirama tahu. "Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Hashirama. "Ayah menyuruhku untuk membuntutimu. Kemampuan melacakku lebih baik darimu. Belakangan ini, kau sering keluar, itu mencurigakan." ucap Tobirama.
"Belakangan ini, kau sering menemui seorang bocah, kan." ayah Hashirama tahu. "Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Hashirama. "Ayah menyuruhku untuk membuntutimu. Kemampuan melacakku lebih baik darimu. Belakangan ini, kau sering keluar, itu mencurigakan." ucap Tobirama.
"Aku sudah mencari informasi mengenai anak itu. Ia berasal dari klan
Uchiha." ucap ayah Hashirama. "Dia bahkan membunuh beberapa shinobi
berpengalaman dari klan kita. Kelihatannya dia adalah shinobi yang
memang berbakat sejak lahir."
Hashirama terdiam. Dalam hati ia berpikir, "Jadi benar ya."
"Melihatmu tidak terkejut, aku rasa kalian sudah saling mengetahui klan masing-masing?" "Tidak, aku baru tahu. Dan sepertinya ia belum tahu tentangku." ucap Hashirama. Kmudian ayahnya kembali berbicara, "Kau tahu apa artinya itu, kan? Aku masih belum membicarakan ini dengan anggota lain klan kita. Kalau kau tak mau dianggap sebagai mata-mata, lain kali kalau kau bertemu dengan anak itu lagi, buntuti dia. Kemudian, bawa informasi mengenai klan Uchiha. Ini adalah misi. Kalau dia sampai menyadarinya, bunuh dia."
Hashirama tertegun. Kemudian bertanya dengan sedikit terbata-bata, "A-apa benar dia dari klan Uchiha?"
Hashirama terdiam. Dalam hati ia berpikir, "Jadi benar ya."
"Melihatmu tidak terkejut, aku rasa kalian sudah saling mengetahui klan masing-masing?" "Tidak, aku baru tahu. Dan sepertinya ia belum tahu tentangku." ucap Hashirama. Kmudian ayahnya kembali berbicara, "Kau tahu apa artinya itu, kan? Aku masih belum membicarakan ini dengan anggota lain klan kita. Kalau kau tak mau dianggap sebagai mata-mata, lain kali kalau kau bertemu dengan anak itu lagi, buntuti dia. Kemudian, bawa informasi mengenai klan Uchiha. Ini adalah misi. Kalau dia sampai menyadarinya, bunuh dia."
Hashirama tertegun. Kemudian bertanya dengan sedikit terbata-bata, "A-apa benar dia dari klan Uchiha?"
"Ya." jawab ayahnya. "Kalau dia sampai menyadari kalau kau dari klan
Senju, mungkin dia hanya berpura-pura untuk tidak mencuri informasi kita
darimu. Jangan percaya padanya."
"Tidak, dia tak pernah ..."
"Kau tak bisa mengetahui bagaimana perasaan asli seseorang." ucap ayahnya. "Kalau benar kau hanya ditipunya, berarti kau telah menempatkan klan Senju pada bahaya yang besar. Tobirama dan aku aku bersama denganmu untuk meyakinkan. Mengerti?"
Setelah percakapan itu, Hashirama mulai kepikiran. Siang malam ia terus memikirkan hal tersebut, sambil melihat batu pemberian Madara.
"Tidak, dia tak pernah ..."
"Kau tak bisa mengetahui bagaimana perasaan asli seseorang." ucap ayahnya. "Kalau benar kau hanya ditipunya, berarti kau telah menempatkan klan Senju pada bahaya yang besar. Tobirama dan aku aku bersama denganmu untuk meyakinkan. Mengerti?"
Setelah percakapan itu, Hashirama mulai kepikiran. Siang malam ia terus memikirkan hal tersebut, sambil melihat batu pemberian Madara.
Akhirnya, mereka berdua kembali bertemu. Madara dan Hashirama telah
sama-sama berada di sisi sungai yang berlawan. "Pertama-tama, ayo
melempar batu sebagai ucapan salam." ucap Madara. "Ya." Hashirama
mengambil batu dari bajunya, begitu juga dengan Madara. Mereka lalu
saling melempar. Namun ketika menerimanya, mendadak raut wajah mereka
berubah.
Mendadak, Madara ingin pulang. "Maaf ya, Hashirama, aku baru ingat kalau
aku harus melakukan sesuatu." Hashirama mengerti, kemudian berkata,
"Begitu ya, kalau begitu aku juga akan pulang."
Mereka membalikkan badan, dan tiba-tiba berlari sekuat tenaga. Ternyata, di batu yang mereka lempar tadi, sama-sama terdapat pesan yang berbunyi, "Larilah, ini jebakkan."
Dari balik pohon, ayah Hashirama dan Tobirama yang mengawasi menjadi kaget. "Kecepatan itu, apa ia berencana untuk kabur!? Hashirama pasti memberitahunya. Ayo kita maju, Tobirama!!" perintah yang ayah. "Ya!" jawab Tobirama. Mereka keluar dari persembunyian dan mulai bergerak.
Mereka membalikkan badan, dan tiba-tiba berlari sekuat tenaga. Ternyata, di batu yang mereka lempar tadi, sama-sama terdapat pesan yang berbunyi, "Larilah, ini jebakkan."
Dari balik pohon, ayah Hashirama dan Tobirama yang mengawasi menjadi kaget. "Kecepatan itu, apa ia berencana untuk kabur!? Hashirama pasti memberitahunya. Ayo kita maju, Tobirama!!" perintah yang ayah. "Ya!" jawab Tobirama. Mereka keluar dari persembunyian dan mulai bergerak.
Akan tetapi, yang punya rencana seperti itu memang bukan hanya dari
pihak Senju, melainkan juga dari pihak Uchiha. Dari sisi Hashirama,
ayahnya dan Tobirama muncul. Sementara dari sisi Madara, Uchiha dewasa
(kemungkinan ayahnya), dan Izuna muncul. Mereka saling berhadapan.
"Jadi kita memiliki rencana yang sama ya, Butsuma Senju." ucap Uchiha dewasa itu. "Dan Tobirama." ucap Izuna.
"Jadi kita memiliki rencana yang sama ya, Butsuma Senju." ucap Uchiha dewasa itu. "Dan Tobirama." ucap Izuna.
"Kelihatannya memang begitu, Tajima Uchiha." ucap ayah Hashirama. "Dan Izuna." ucap Tobirama.
Senju dan Uchiha, pertarungan yang tak bisa dihindari akan dimulai. Berbeda dengan Hashirama dan Madara, orang dewasa dan adik mereka itu tak akrab sama sekali.
Senju dan Uchiha, pertarungan yang tak bisa dihindari akan dimulai. Berbeda dengan Hashirama dan Madara, orang dewasa dan adik mereka itu tak akrab sama sekali.
Sumber
No comments:
Post a Comment